Rabu, 15 Mei 2013

Story of Ariq : Part 3


Balik lagi bro! Ini dia akhir dari Ariq's story, pokoknya nikmatin yo! Cekidot!


Ariq dan Kecoa Kesayangannya #3


"WAHAHAHA, DAPET KECOA DIA, TANGANNYA NGGAK SUCI SIH, BEGINI NIH.” ejek Dilmasum Juna Jibu, seorang ketua kelompok geng sok sangar yang biasa ngolok-ngolok Ariq. Ariq merupakan “sarapan sehari-hari” Juna, Bana, Bani, dan Binu. Namun dengan kesabarannya, Ariq bisa menahan. “Yok, kembali anak-anak, bapak jelaskan. Oke, jadi tugas kalian cari informasi tentang hewan yang kalian dapat. Kalau bisa, selengkap-lengkapnya. Minggu depan kalian presentasi-kan di depan kelas ya!”, “Oke pak!”. Setelah beberapa pelajaran, terdengar suara yang sangat khas, Kringg! Waktunya untuk istirahat.
“Yah, harus gimana nih rel.”, “Cari aja bro, emang kenapa dengan kecoa?”, “Ya, em... Sebenernya, aku itu takut sama kecoa rel, itu juga yang bikin aku telat.”, “Ooh, turut berduka deh. Tapi, lawan aja riq, pasti bisa kok. Terakhir, gua itu paling takut sama yang namanya badut. Gua sampai pengen nangis kalo ketemu dia. Tapi, gua coba ngelawan riq, dan ternyata, BADUT ITU ISTIMEWA! Malah sekarang gua pengen jadi badut.”, “Wahahah, keren keren. Okelah, tak coba lawan deh.”, “Gitu dong!”. Ariq mulai bersemangat untuk mencari informasi tentang sesuatu yang sangat ia takuti.
Sesampainya di rumah, Ariq langsung menyalakan komputer dan mulai mencari tentang kecoa “kesayangannya”. 1 jam, 2 jam, semakin seru, semakin menarik, semakin terbawa. Dengan ketikan kilat-nya, Ariq mulai membuat informasi tentang kecoa. Sampai sampai kakaknya bingung saat sampai di rumah. “Wei, gantian dong, udah lama kan ?”, “Nih, ambil aja.” dijawab Ariq dengan muka yang berseri-seri. “Tumbenan itu anak, bahagia banget kayaknya.. Ng? Kecoa? Ngapain dia nyari tentang kecoa?.. Hehehe.” Kak Moto merencanakan sesuatu. “Ariq! Aku punya hadiah, nih!” Kak Moto melempar kecoa. “Wow, dapet aja kak! Keren nih buat uji coba. Kecoa, bentuk menggelikan, antena untuk mendeteksi, 8 kaki, berjalan cepat, bisa terbang, dan suka tempat bersih. Kalau antenanya dipegang, nggak berkutik lagi dia.” analisis Ariq berdasarkan yang sudah ia pelajari “Wogh, adek kakak sudah pro, mantap mantap.”, “Hehehe, keren kan?”
Tak terasa, minggu depan telah tiba, Ariq tidak sabar untuk melihat wajah Pak Ali  yang senyum-senyum sendiri.  Sampai-lah Ariq di kelas dan langsung mencari tempat di sebelah Farrel. “Wih, gimana kecoanya riq? Sukses?”, “Keren deh rel, kau harus liat nanti.”. “Cie cie, udah dateng pangeran kecoa kita. Gimana keoca nya mas? Udah nggak lari lagi nih?” “sapa” Juna dan kawan-kawannya “Apaan sih?”.  Lagi mengobrol, tiba-tiba Pak Ali datang dengan pesonanya yang menawan. “Pagi anak-anak!”, “Pagi pak!”, “Sudah siap untuk presentasi semuanya?”, “Sudah pak!”.
“Oke, kita mulai ya..” “Ariq pak! Ariq keren presentasinya! Dia aja duluan pak!” Iseng si Juna, “Hm.. Oke, kamu duluan Juna.” seisi kelas langsung tertawa.. “Kok jadi saya pak? Kan Ariq lebih ba..” “Sudah maju aja.”, “Ta.. Tapi pak..”, “Makanya jangan usil kamu, kan kamu sendiri yang akhirnya malu.” “I.. Iya maap pak.” “Yasudah, Ariq, silahkan mengambil saf depan.” “.... Oke pak!” Kaget lalu dilanjutkan dengan semangat. Dengan percaya diri, Ariq menjelaskan tentang kecoa kesayangannya dengan baik.”Sekian dari saya, terima kasih!”. Beberapa saat kemudian, tepuk tangan tak berhenti – henti muncul, terutama dari Farrel. “Wow, keren riq!”, “Hehe, thanks rel.”. Satu per satu orang maju, termasuk Farrel yang menceritakan tentang bunglon. Seperti kakaknya, saat istirahat, Ariq tiba-tiba menjadi artis di kelasnya. “Tuh kan riq, buat apa kita takut, hajar aja itu depannya t belakangnya t.”, “Iya juga ye rel, mantap deh pokoknya saranmu.”, “Yoi! Ngomong-ngomong, seru nggak jadi artis?”.
Begitulah Ariq, ia di lingkungan rumahnya terkenal sebagai seorang “pawang kecoa”. Awalnya yang sangat ia takuti, malah dapat membuat dia sangat untung.

Maksud pengarang dalam cerita ini adalah lawan saja ketakutan atau ketidak sukaanmu. Misalnya pelajaran Sejarah atau Matematika, hajar saja, kalau dengan semangat dan niat, pasti semua akan menyenangkan. Kalau sudah senang, semua akan menjadi mudah untuk dikerjakan. Dan jangan lupa untuk selalu berdoa, karena Tuhan sangat  membantu melawan rasa takut kita.

Sekian 
Terima kasih!

Salam hangat, penulis dan Ariq


Selasa, 14 Mei 2013

Story of Ariq : Part 2

Kembali lagi bro! Setelah cukup lama berpikir keras, akhirnya dapet ide baru buat si Ariq, cekidot!!

Ariq dan Kecoa Kesayangannya #2


“Gini aja terus, masa cuman gara-gara kecoa jadi begini sih.” keluhnya. Setelah cukup tersiksa, Ariq masuk ke dalam kelas. “Riq! Sebelah gua riq!” kata Farrel Mahlaman Nisan, teman baik Ariq dari kelas 1 SD. Farrel adalah orang pertama dan satu-satunya yang mau diajak kenalan sama Ariq. Farrel juga biasa menyeletuk-nyeletuk di kelasnya. “Yang pasti, Farrel itu orangnya lucu, agak aneh, tapi seru!” kata Ariq dulu. “Iya iya, bentar.” dengan nada agak kesal. Ariq membanting tas-nya di sebelah kursi Farrel, “Wush, kenapa bro? Sini ngomong sama gua.” Dengan muka manyun, Ariq menjawab “Nggak, nggak ada apa-apa kok, tenang aja.”. “Udah cerita aja riq, malu-malu amat sama temen sendiri.”
Sambil menghembuskan nafas, Ariq menjelaskan “Sebenernya rel, tadi itu gw dihukum gara-gara telas.” “Lah, kok bisa telat, biasanya kan lu jadi teladan di 6B ini.” “Tapi kali ini beda rel.. Agak embarrasing ceritanya.” “Gimana tuh ceritanye?”. Belum sempat dijawab, Pak Ali, guru IPA terseru datang dengan gaya-nya. “Selamat pagi all!” “Pagi pak!”, “Tuh riq, guru kesukaan lu dateng tuh.” “Yeah, cukup menghibur nih rel.”. “Oke anak-anak, karena minggu lalu bapak sudah ngasi materi yang cukup berbekal..” “Materi apaan pak?” Potong Farrel. “Sabar dulu dong Farrel, materinya tentang hewan dan kemampuan spesial mereka, inget kan?” “Ooh, yang itu, yang bisa putus kan ekornya pak?” “Iya, terserah kamu deh.”.
Karena Farrel, Pak Ali jadi muter ke topik yang lain. “Oh iya, yang itu kan pak?”, “Iya Farrel... Oke, balik lagi ke yang tadi. Bapak mau memberikan tugas buat all of you.”. “Nanti, kalian baris sepuluh sepuluh buat ngambil undian yang udah bapak buatin untuk kalian.”. “Oke, bisa langsung mulai, barisan ini boleh maju dan mengambil.”. “Wah.. eh lo... apaan? ... wahahaha kasian amat... walawalwa.” ribut orang-orang. Tak lama kemudian, Farrel dan Ariq maju, namun entah kenapa Ariq merasakan perasaan yang sama saat dia masuk ke sekolah. “Ayo riq, dipilih dipilih.” sahut Pak Ali, “Hmmmm.. Yang ini deh pak.” “Monggo monggo.”.
“Dapet apaan kau?”, “Tau dah, emang kau dapat apa?”, “Kita lihat... YEAH, bunglon bro.”, “Coba kita lihat.... Oh, come on, harus ini apa.” “Kenapa riq? WOW, keren kali.”,“Bukan itu rel, tapi...”.


Bersambung....
(Biar penasaran.....)
 

Senin, 13 Mei 2013

Story of Ariq : Part 1

Halo bro bro! Kali ini, aku ngebuat cerpen yang agak agak inspiratif gitu deh. Langsung aja yuk, cekidot!!



Ariq dan Kecoa Kesayangannya

“KYAAAA!!” Kata Ariq, putra dari Bapak Dipasena Gimanju & Ibu Siti Romainah. Bapak Giman adalah Bapak Lurah dari Kelurahan Sukadini yang berwirausaha sebagai seorang pemahat, sedangkan Ibu Inah merupakan ibu rumah tangga. Ariq sekarang masih berumur 11 tahun, lebih tepatnya,  sekarang ia duduk di bangku kelas 6 SDN SEJAHTERA 3. Ariq itu anak yang biasa jadi teladan si kelasnya, tapi dia agak-agak takut, apalagi kalo dia ngeliat hewan berkaki delapan yang bisa terbang.... .
“Apaan sih riq.. Yaelah.” Dipasena Moto, kakak kandung Ariq yang tidur satu kamar dengannya. Sifat Kak Moto beda 180o sama adeknya, Kak Moto orangnya nggak care banget. Biarpun begitu, tetep aja dia juara 1 terus di kelasnya. Kak Moto lebih tua 6 tahun dari Ariq, bisa dibilang kelas 3 SMAN 55. Beda dengan adeknya, kakak yang satu ini bukan menjadi teladan, melainkan menjadi artis di angkatan bahkan sekolahnya.
“ARIQ! TERIAK TERIAK KAYAK DI HUTAN, ADA APAAN SIH!?” Bapak Ariq juga merupakan orang yang sangat tegas dan disiplin. Walaupun ceramahan beliau sangat sadis, tapi Pak Giman melakukan demi kebaikkan anak-anaknya. “Masih malem ini sayang.. Ada apaan sih?”Ibu Inah sangat penyabar. Beliau sangat ramah kepada tetangga-tetangganya. Biarpun merupakan ibu lurah, tetapi Ibu-nya Ariq ini tetap rendah hati dan suka berderma.
Dengan nada ingin menagis, Ariq menjawab “T.. Tadi ada kecoa bu di lantai”. “Kecoa doang elah, selow aja sih.. Nih nih..Eaaa” Kak Moto menyodorkan kecoa tersebut. Masih dengan nada menangis, Ariq menjawab “Ih ih apaan sih.”. “Kak, udah kak, kasian tuh adekmu.” Bela ibu, “Lagian, takut sama kecoa, jelek amat.”. “UDAH UDAH, SINI KECOANYA. TIDUR LAGI KALIAN, MASIH JAM 1 INI!”.
Akibat kejadian tadi, mereka bangunnya kesiangan semua. Masih merasa gelisah, Ariq-pun melakukan aktivitas biasa-nya sebelum sekolah. “Berangkat ya bu!” kata Ariq & Kak Moto, “Iya dek, hati-hati yo” Balas ibu. Dengan firasat buruk, Ariq turun dari motor, “Makasih pak!” dan terburu-buru masuk ke dalam. “Yah, telat deh.”. Kebetulan juga hari itu sedang dilaksanakan upacara, hukuman pun tak segan menyiksa Ariq. Daaann......

Bersambung...... 
(Masih berfikir keras)